Desember 23, 2009

Film Dakwah, Ada Gituh?

Perkembangan teknologi informasi yang didukung dengan perkembangan teknologi dengan banyak terobosan baru di dunia turut menyumbangkan jalan bagi manusia untuk mengekspresikan ide-idenya. Selain menjadi bahan untuk mendapatkan inspirasi dalam menciptakan sesuatu yang baru, kreatif dan segar, teknologi juga turut menyebarluaskannya ke seluruh penjuru negara dengan dukungan transmisinya yang cepat. Manusia seakan memiliki ruang tanpa batas untuk berkreasi dan berusaha mengeksiskan dirinya ditengah masyarakat. Perkembangan teknologi yang bersinergi harmoni dengan perkembangan informasi sebenarnya sejalan juga dengan adanya film ditengah kehidupan manusia, paling tidak ketika pertama kali film hadir menemani kebersamaan dalam sebuah keluarga tempo dulu maka saat itu pula teknologi lahir dan berusaha membuat terobosan-terobosan agar lebih mudah digunakan.
Awal kelahiran film dimulai ketika film-film bisu merambah dunia pada tahun 1895. pada medio ini film adalah sesuatu yang sangat baru bagi manusia. Mereka rela mengantri panjang dan berebut kursi bioskop paling depan hanya untuk melihat film bisu yang memperlihatkan kelakuan dan gerak hewan dan manusia. Film bisu nyaris disukai oleh semua orang karena bahasa tubuh dalam film adalah bahasa yang mudah dimengerti, itu pula yang membuat Charlie Chaplin menjadi bintang kesukaan di seluruh negara. Kemudian datanglah film bersuara pertama yang disebut Talkie dengan judul The Jazz Singer pada 1927. mulai saat itu muncul istilah zaman keemasan film-film Hollywood hingga puncaknya saat televisi diproduksi massal pada era 1950-an. Sebelum televisi dibuat para kreator film hanya memproduksi film hitam-putih, namun dalam usahanya mengikuti perkembangan mereka mulai membuat film berwarna dan bersuara. Film yang sebelumnya telah berhasil menarik hati masyarakat menjadi semakin digemari. (Marry Worrall, 1992: 23-24)
Seni adalah keindahan. Ia meruapakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang menyandang dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia yang didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apapun jenis keindahan itu. dorongan tersebut merupakan naluri manusia, atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hambaNya. Adalah merupakan satu hal yang mustahil bila Allah menganugerahkan potensi untuk menikmati dan mengekspresikan keindahan kemudian Ia melarangnya. Bukankah Islam merupakan agama yang fitrah? Segala yang bertentangan dengan fitrahnya ditolaknya dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya. (Quraish Shihab, 1996: 385)
Film adalah seni, bentuk ekspresi manusia yang dituangkan dalam gerak dan ucapan yang dikemas sedemikian rupa hingga menarik. Film bertujuan layaknya arah tuju komunikasi, yaitu merubah sikap (attitude change), merubah pendapat (opinion change), merubah perilaku (behaviour change), dan merubah sosial (social change) (Onong Uchyana, 1985: 10)
Di era visual lintas negara seperti sekarang ini film menjadi alternatif untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kebenaran bagi manusia lain selain dengan cara-cara tradisional yang selama ini sudah berjalan. Film diharapkan menjadi salah satu media efektif untuk berdakwah, mengingat kemasannya sarat akan hiburan dan sesuai fitrah manusia yang menyukai hiburan yang menyenangkan.
Namun film-film dakwah saat ini harus berjuang ekstra keras melawan film-film barat yang mengusung hedonisme, materialisme, bahkan ada yang menawarkan berhala baru bagi umat muslim dengan cara terselubung. Memang tidak bisa digeneralisir, namun ironi ini semakin menjadi-jadi ketika adat ketimuran mulai dilupakan saat orang-orang keluar dari bioskop, pergaulan menjadi identitas baru anak muda bangsa ini dan penghormatan kepada yang lebih tua menjadi hal yang langka meski hanya untuk mempersilahkan duduk di kendaraan umum.
Disinilah peran masyarakat sendiri untuk lebih mampu memfilter film atau tayangan-tayangan yang nyaris disuguhkan 24 jam di depan mata kita. Menonton film bukan hanya menyaksikannya saja, setelah habis kemudian berganti ke film lainnya. Namun ada yang harus kita kritisi, ada nilai-nilai, pesan, atau mungkin propaganda yang mereka bawa, dan itulah yang harus kita sadari. Apresiasi seharusnya menjadi unsur penting yang menjadi bagian proses menikmati sebuah film, sama pentingnya dengan masalah ini agar masyarakat tidak tersesat dengan derasnya perkembangan teknologi dan informasi yang tanpa saringan.
Bagaimana cara mengapresiasi film agar tak sekedar menyaksikannya saja? Apa yang harus dilakukan untuk ‘melawan’ film-film non-dakwah? Untuk menjawab pertanyaan pertama, ada tiga tahapan untuk melakukan apresiasi film. Pertama apresiasi dilakukan sebelum menyaksikan film, apresiasi saat menikmati film dan terakhir setelah film usai. Film adalah media audio-visual yang menghibur, tanpa sadar kita akan tertawa karena gerakan atau ucapan pemeran dalam sebuah film tanpa kita pahami benar kemana arah mereka melakukannya. Karena sifatnya yang berwarna pula, nyaris membuat kita rela berlama-lama duduk didepan kotak ajaib (baca: televisi). Sekali lagi ada banyak nilai, pesan, sampai propaganda dalam sebuah film, dan itu semua akan menguap begitu saja jika kita sekedar menonton tanpa apresiasi lebih jauh (Ekky Al Malaky, 2003: 126)

a. Sebelum menyaksikan film
Pilihlah film yang bermutu. Kualitas film dapat diukur dari ghost promotion yang merebak ditengah masyarakat selama ini. Promosi ini merupakan penilaian subjektif dari mulut ke mulut antar teman, atau yang lebih formal yaitu resensi di koran-koran, majalah, tabloid, berita di televisi dengan kritikus film sebagai narasumbernya. Ada film-film yang merupakan adaptasi dari sebuah novel atau karya tulis lainnya, akan lebih menarik jika kita menyelesaikan karya tulisnya dahulu agar dapat membandingkannya dari aspek apapun yang kita temui.
b. Saat menyaksikan film
1. Skenario, inilah ujung tombak alur cerita dalam sebuah film. Apa yang akan diangkat dari film tersebut? Nilai apa saja yang terkandung didalamnya? Adakah manfaat atau edukasi dari cerita yang dibeberkannya? Pertanyaan ini adalah secuil pertanyaan bagi penonton yang kritis.
2. Sutradara, sebagai frontman, orang terdepan dalam mengawaki kru-kru lain, tugas sutradara amat penting hingga bisa dikatakan ditangannya-lah sebuah film dinilai layak atau tidak. Semakin tinggi jam terbang seorang sutradara maka semakin baik juga usahanya menyampaikan sebuah cerita lewat pita siloid.
3. Aktor & artis, sebaik apapun seorang sutradara, sebagus apapun sebuah cerita, akan menjadi pincang jika aktor dan artis tidak memiliki kemampuan akting, penghayatan, ekspresi, air muka yang tepat. Mereka-lah yang paling disorot publik, maka tugas mereka lebih dari sekedar eksis didepan kamera (on frame)
c. Setelah menyaksikan film
Film yang baik akan menyisakan ruang bagi penonton untuk mencerna cerita. Tidak harus diakhir film, namun ruang kosong ini dapat saja berada ditengah atau disela-sela obrolan antar pemeran.
Apresiasi memang bukan sebuah keharusan, hanya sebuah pilihan. Namun keberadaan apresiasi film membantu kita meraba apa tujuan sebuah film dibuat, apa yang sedang diangkat dan nilai apa yang menjadi titik penting dalam alurnya.

Apa yang harus kita lakukan untuk melawan film-film non-dakwah? Dalam Lentera hati, Quraish Shihab mengangkat judul Ikhwal Acara-acara Televisi Kita. Disana Nampak kegelisahan yang meskipun “tidak sungguh-sungguh” namun masih terasa pantas untuk waktu dewasa ini, dan penyelesaian beliau-pun amat bijaksana, tidak menghakimi hanya sebatas curahan hati yang menyentil. Beliau mengatakan, “Anda harus (Quraish Shihab, 1996: 316)
Indonesia nerupakan Negara yang kaya akan kepercayaan. Tak kurang lima agama menjadi keabsahan dalam Undang-undang 1945. Belum lagi kepercayaan-kepercayaan tradisional yang tersimpan dalam saku-saku masyarakat pedalaman untuk melanjutkan titah nenek moyang mereka. Dalam Islam, dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan perintah absolut sekecil apapun bentuknya, seperti pesan Rasulullah ‘sampaikanlah dariku meski hanya satu ayat’ (Syukriadi Sambas, 2003: 68)
Film tak dapat dipungkiri merupakan media komunikasi moderen yang membawa alternatif berbeda bagi umat Islam. Bukan saatnya bagi kita untuk berdebat atau memblokir tayangan-tayangan yang dianngap menyimpang hanya dengan mulut, namun lebih tepat saat kita berusaha melawannya dengan hasil karya kita, yang dari segi kualitas tak tertinggal tapi tidak meninggalkan pentingnya substansi.

Sumber tulisan:
Al Malaky, Ekky. 2003. Remaja Doyan Filsafat, Why Not? Mizan: Bandung
Sambas, Syukriadi. 2003. Dakwah Antarbudaya, Suatu Kajian Awal. KP-HADID: Bandung
Shihab, Quraish. 1995. Wawasan Al Qur’an. Mizan: Bandung
Shihab, Quraish. 1996. Lentera Hati. Mizan: Bandung
Worrall, Marry. 1992. Oxford Ensiklopedi Pelajar. PT Intermasa: Jakarta

Retorika

Mengapa bahasa tubuh diperlukan dalam retorika?

Retorika, dengan banyak definisi yang dimilikinya, merupakan cara manusia memberi jalan pada pikirannya, semua yang dirasakannya, hingga penolakannya dengan media suara atau tutor. Kemampuan seseorang mengutarakan apa yang disampaikannya telah menjadi daya tarik bahkan kelebihan tersendiri, sejak manusia diciptakan. Malaikat bersujud ketika Adam mampu beretorika, para Rosul beretorika dengan sinergi kecerdasannya, para penyair di tanah Arab mempunyai tempat terhormat di tengah masyarakat, hingga iblis-pun sesungguhnya harus beretorika saat bernegosiasi dengan Allah SWT. Secara singkat retorika telah melekat selama manusia belum kehilangan pita suaranya. Namun dalam perkembangannya telah banyak penelitian yang menguak bahwa kemampuan oranglain menangkap pesan audio dari seorang tergantung sejauh mana orang tersebut ‘menggunakan’ metode-metode komunikasi efektif, dan tanpa sadar bahasa tubuh adalah pesan ‘tersembunyi’ yang justru lebih banyak memberikan pesan serta lebih mudah dicerna karena sudah membudaya di satu masyarakat atau negara pula.
Mengapa bahasa tubuh begitu mudah dimengerti? Itu karena sebelumnya masyarakat telah ‘bersepakat’. Saat dua orang yang sedang berbincang terus memperlihatkan senyum dan sesekali tertawa, secara sederhana berarti mereka sedang terlibat komunikasi yang hangat. Bahasa tubuh adalah bahasa paling efisien & efektif. Bayangkan saja kita kita harus berbicara dihadapan orang banyak, seberapa sering kita melakukan gerakan tubuh untuk menegaskan teori kita? Bayangkan juga jika satu bahasa tubuh harus kita definisikan dalam bentuk tulisan, butuh berapa kata atau kalimat untuk menjelaskan satu gerakan tubuh? Inilah bahasa tubuh, pesan yang disampaikannya dengan cepat manusia sinergikan antara otak dan hati melihatnya. Karena tak semua hal dapat kita uraikan dengan jelas, bahasa tubuh menjadi alternatif penyampaikan pesan yang sederhana namun sangat mengena. Maka dengan demikian, kita bisa meng-combine peran bahasa tubuh dengan retorika sebagai alat utamanya. Pesan yang disampaikan seorang orator akan lebih menyentuh, diterima dan dimengerti manakala ia mempraktekannya dengan tepat dihadapan pendengar. Allan Pease dalam Bahasa Tubuh-nya mengatakan, “Ada pihak yang beranggapan bahwa mempelajari bahasa tubuh hanyalah cara lain untuk mengeksploitasi atau mendominasi oranglain dengan membaca rahasia atau pikiran orang. Buku ini berusaha memberi wawasan yang lebih luas dalam berkomunikasi, sehingga pembaca lebih dapat memahami oranglain dan diri sendiri.” Ya, dengan bahasa tubuh kita tidak hanya membuat proses retorika berjalan hidup dan segar, namun membuka makna hidup bagi orang yang melihatnya, dan kita sendiri sebagai pelakunya.


Retorika adalah ilmu praktis yang berasal dari pengamatan interaksi manusia, seberapa penting dan efektif seseorang baik dalam beretorika dibandingkan antara kajian secara teoritis dengan pengamatan langsung?

Sebenarnya, ketika seseorang bergelut dalam ilmu praktis apapun, ilmu yang membutuhkan praktek, akan menjadi sia-sia jika tak sekalipun ia mencoba melakukannya. Namun kita tak dapat mengenyampingkan teori-teori yang mendukungnya. Karena ilmu seperti retorika membutuhkan pengantar untuk memulainya, maka kita akan mengetahui apa saja tahapan-tahapan, persiapan, yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, dan lainnya sebelum langsung terjun ke lapangan. Sehingga pada perjalanannya seakan tidak tepat jika kita mengkotak-kotakkan apakah teori lebih penting daripada praktek langsung di lapangan atau sebaliknya.


Apa yang menjadi tolak ukur seseorang sudah menguasai ilmu retorika?

Pada dasarnya jika sebuah pesan mampu dimengerti oleh subjek lain maka komunikasi sudah berjalan dan bisa dikatakan berhasil. Begitupun retorika, jika pesan mampu dipahami oleh orang-orang yang mendengarnya, maka tujuan retorika sudah tercapai, dan dengan kata lain orang tersebut telah menguasai teknik retorika. Namun apabila diambil dari sudut pandang ilmu atau teori, memang terdapat patokan atau standar-standar dimana seseorang layak disebut “berhasil” menguasai ilmu retorika. Orang tersebut setidaknya memiliki kapasitas seperti definisi-definisi yang dimiliki retorika. Ia harus mampu mengukir kata sehingga kata-kata menjadi seni dan bukan sebatas lisan tanpa makna, ia memiliki kemampuan berbicara didepan orang banyak yang berarti mempunyai mental yang kuat, mampu menuangkan pemikiranya diatas kertas sebaik menguasai materi diatas panggung, dapat memaparkan masalah atau fenomena hingga tuntas dan tertata, menguasai teknik mempertahankan teori yang dimilikinya hingga, capable dalam menggali dan menganalisis banyak fenomena dalam kehidupan, mampu menguasai emosi orang banyak sehingga pendengar seperti masuk dan terlibat langsung dengan masalah yang disampaikan, dengan penyampaiannya ia dapat merubah statusquo atau tirani sebuah kekuasaan dan menggerakan masyarakat untuk membuatnya menjadi lebih baik, memberi nilai-nilai hikmah sehingga manusia menemukan jalannya pada Tuhan sendiri, dapat mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada orang yang mendengarnya sehingga secara tak langsung meningkatkan kualitas hidup manusia.

Ringkasan Mata Kuliah Produksi Radio

Radio adalah
• Media autitif uang bisa dinikmati dengan alat pendengaran
• Media penyampaian gagasan dan pesan melalui gelombang elektromagnetik berupa sinyal-sinyal audio
• Menurut UU No.32/ 2002, radio adalah kegiatan perluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi didalam laut dan antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel dan atau media lainnya yang dapat diterima secara serentak dan bersamaan. Lembaga penyiaran menurut undang-undang ini meliputi komunitas, public, swasta dan langganan

Berdasarkan frekuensinya radio dibagi tiga, yakni:

• Frekuensi Modulasi (FM)
Bergerak pada jalur frekuensi 87-108 Mhz
• Amplitudo Modulasi (AM)
Bergerak pada jalur frekuensi 540-1600 Khz
• Shortwafe (SW)
Bergerak pada jalur frekuensi 1600-30.000 Khz

Tim produksi radio kategori berita
1. Produser
2. Reporter
3. Script Writer
4. Music Director
5. Operator Produksi

Tugas Tim Produksi Radio
1. Produser
• Bertanggungjawab atas produk yang dihasilkan (mengacu pada visi dan misi)
• Menyediakan produk tepat pada waktunya
• Mengkoordinir tim produksi
• Mengatur alur kerja rim produksi
• Menyediakan semua keperluan tim produksi
• Menjadi mediasi tim dengan pihak lain

2. Reporter
• Mencari bahan berita di lapangan
• Menyediakan naskah berita siap baca
• Menyediakan laporan dari lapangan

3. Script Writer

• Menyediakan naskah sebagai bahan produksi dalam siaran
• Menyediakan bahan tepat pada waktunya
• Memastikan keakuratan data dan pengayaan data research

4. Music Director
• Menyediakan musik yang akan diputar
• Memberitahukan jenis music yang tepat
• Mengontrol musik ketika penyiar sedang siaran

5. Operator Produksi

• Memproduksi sesuai perintah produser
• Mengemas bahan mentah menjadi bahan siaran
• Mengerjakan tugas repat pasa waktunya

Integrasi Ilmu Umum & Agama

“Dan Tuhan Yahwe juga menetapkan perintah itu atas manusia: “Engkau boleh makan sepuasnya buah dari pohon yang ada di taman ini, tetapi engkau tidak boleh makan buah dari pohon pengetahuan tentang kebaikan dan keburukan ini. Karena, jika engkau memakannya, engkau pasti akan mati.” (Genesis: 16 & 17)
Paling tidak ada tiga ayat lagi dalam Perjanjian Lama yang penulis kutip dari Perspektif Al Qur’an Tentang Manusia dan Agama karya Murtadha Muthahhari, yang membahas tentang penciptaan Adam dan alasan mengapa ia diusir Tuhan dari Taman Eden (surga). Dari penafsiran yang hakikatnya merugikan kaum Nasrani ini, kita akan dapat memaklumi bahwa, posisi agama selanjutnya akan ditempatkan pada kutub berlawanan dengan sains atau ilmu pengetahuan oleh mereka. Dalam Genesis diatas, secara tertulis Tuhan digambarkan sebagai subjek yang tidak menginginkan manusia memiliki ilmu pengetahuan atau tahu tentang sesuatu, untuk konteks lebih jauhnya yaitu proses berfilsafat. Dengan menimba ilmu (memakan buah pengetahuan) manusia menjadi mahkluk pembangkang di mata Tuhan.
Dalam Surat 3 ayat 1-8, diceritakan Hawa terbujuk rayuan ular, hewan yang menurut Injil sebagai hewan paling cerdik di darat, untuk memakan buah pengetahuan. Meski awalnya Hawa menolak dan ragu untuk mengikutinya, namun karena ular berkata dengan buah pengetahuan dirinya akan sadar dan mata manusia akan terbuka pada segala sesuatu, akhirnya Hawa mengajak Adam untuk ikut memakan buah tersebut. Seketika saat memakan buah pengetahuan tadi mata mereka pun terbuka dan mendapati dirinya tidak berbusana sehingga menutupinya dengan rimbunan dedaunan, dan saat itulah Tuhan murka karena manusia akan menandingi dan menjadi diri-Nya.
Menurut Muthahhari, setiap agama memiliki cara pandang yang khas tentang penciptaan manusia. Konsep penciptaan manusia adalah titik penentu sebuah agama atau keyakinan dalam menempatkan manusia selanjutnya, di titik manakah ia layak ditempatkan, kehinaan atau kemuliaan. Dari sana juga konsep ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan jelas, karena elemen inilah yang pada akhirnya membentuk jati diri manusia dalam menentukan jalan hidupnya yang paling prinsip.
Islam contohnya yang menempatkan manusia sebagai wakil Allah di dunia sebagai mahkluk yang mendapat pelajaran tentang nama-nama (fakta dan fenomena) langsung dari kreatornya yang Maha Agung. Allah bukan Tuhan yang menginginkan manusia terkungkung dalam kebodohan sebagaimana tafsir Genesis tadi, karena ‘pengkudetaan’ posisi Allah sebagai Tuhan oleh manusia adalah hal yang musykil terjadi. Allah menghadapkan ilmu pengetahuan sebanding lurus dengan keyakinan yang dibenamkan-Nya pada Adam, inilah bentuk integrasi awal yang sangat prinsipil dalam bahasan penciptaan manusia.
Sehingga dapat kita lihat dari alur sejarah peradaban umat manusia, selalu ada jurang pemisah yang cukup luas manakala orang-orang Nasrani memandang ilmu umum (sains) dengan agama. Para pemuka agama mereka memiliki peranan yang amat menentukan tentang apakah sesuatu itu logis atau tidak, lepas apakah mereka menggunakan kajian ilmiah atau teori konspirasi guna menjaga ‘kebenaran’ Injil pula. Maka tidak heran banyak ilmuwan di zamannya yang secara kapasitas mereka menguasai ilmu, namun ujungnya harus tunduk pada keputusan gereja. Traumatik inilah yang menjadikan ketakutan dan kebencian mereka terhadap perkawinan sains dan agama semakin nampak pada era kebangkitan Eropa –mungkin hingga kini. Agama dipandang sudah tidak memiliki tempat untuk ‘menghakimi’ sains, karena, menurut mereka, keduanya memang tidak layak dipertemukan.
Disisi lain Islam pernah berjaya dan berada dalam puncak keilmuan dunia. Bentuk konkrit integrasi sains dan kesalehan individu para pemikirnya jelas terlihat disini, apalagi pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah. Tercatat, pada masa kepemimpinan Harun Ar Rasyid dan puteranya, Al Ma’mun, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kesusastraan berada pada zaman keemasan. Pada masa Al Ma’mun, gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan sangat menonjol, dengan didirikannya Baitulhikmah, Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Pada tataran akademis, dimana banyak berdiri pusat kajian keilmuan, perpustakaan dengan beratus ribuan koleksi bukunya, dan ditambah dengan royalti dan jaminan kehidupan yang mewah dari pemimpin saat itu, masyarakat Islam sebenarnya telah menjalankan proses, meminjam semangat besar UIN, wahyu memandu ilmu. Dalam Fasl al-Maql fi Maa Baina al-Hikmah wa asy-Syari’ah minal Ittishaal, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa syariat dengan akal adalah satu kesatuan, “Reason and divine law are sisters,” ujarnya.
Mengapa umat Islam sempat memiliki sejarah manis semacam ini? Karena Islam mempunyai penafsiran tentang penciptaan manusia yang manis pula. Sains tidak dibenturkan sebagaimana Injil membenturkan hak pengetahuan manusia dengan keinginan Tuhan (wilayah transenden, agama) karena ketakutan yang tidak mungkin terjadi itu. Islam justru menempatkan manusia berilmu dengan derajat yang lebih tinggi dibanding manusia yang tidak mengetahui apa-apa. Al Qur’an membahasnya dengan ayat ini,
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al Mujaadilah: 11)
Dari uraian singkat ini, secara sederhana, penulis dapat menyimpulkan bahwa dikotomi antara ilmu pengetahuan umum dan agama dapat menjadi sesuatu yang bias secara hakikat, karena keduanya dibawa oleh gerbong yang sama dalam rel yang satu pula. Ketika dikaji dalam tataran aksiologi pun, keduanya merupakan elemen-elemen yang saling mendukung satu sama lain, bahkan sanggup memenuhi tuntutan nilai dan moral hidup manusia.
Setelah kesimpulan tersebut, pertanyaannya sekarang adalah, apa urgensi ‘integrasi’ keduanya dalam peradaban dunia Islam? Apa kepentingan yang menjadi semangat besar keduanya dalam peradaban Islam? Lebih-lebih dalam konteks modern dimana idealnya Islam ‘tidak boleh pernah’ terpuruk karena memiliki modal besar untuk menguasai dan menyeimbangkan dua elemen dasar manusia tersebut.
Wajah dunia modern sekarang ini adalah globalisasi industri yang dipegang oleh pelaku kapitalis. Orientasi mereka diukur dengan materi, dan itulah yang selalu mereka kejar. Mereka merupakan investor terbesar bagi negara-negara besar yang keputusan politisnya mempengaruhi kebijakan negara-negara lain yang sayangnya lebih lemah dan penakut, termasuk sebagian besar negara-negara Arab. Politik dan ekonomi menjadi senjata yang lebih dari cukup bagi negara-negara maju untuk menyetir kebijakan negara-negara miskin dan berkembang.
Tak dapat dipungkiri bahwa sains atau ilmu pengetahuan merupakan sahabat terbaik kemanusiaan dalam usahanya mewujudkan tujuan manusia, ketika manusia memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu, ia dapat memperolehnya dengan jalan dan hasil yang lebih baik dengan sains. Namun asupan yang hanya memenuhi akal budi menjadi omong kosong tanpa balutan gizi hati yang membantu manusia memanusiakan dirinya, kemudian beranjak pada penghormatan bagi sekitarnya dan secara lebih luas memakmurkan bumi tempat ia berdiri.
Sejarah telah mencatat, alur hidup manusia yang tidak menyeimbangkan kemampuan akal budi dan keimanan telah menodai keagungan posisi manusia sendiri. Ketika ilmu agama begitu booming tanpa peran sains yang sepadan, yang ada hanya fanatisme golongan dan kejadian-kejadian mengerikan dalam perjalanan peradaban Islam. Dan dimana sains mengambil alih percaturan dunia tanpa agama yang menyertainya -seperti wajah dunia masa kini- maka semua kekuatan sains telah dikuras untuk memenuhi kebutuhan pribadi, ego, ambisi, penindasan, perbudakan, penipuan dan kecurangan.
Perpaduan antar sains dan kesalehan individu diharapkan dapat meruntuhkan kengerian-kengerian itu, mengulang kembali kejayaan Islam dengan tanpa fanatisme golongan yang dijadikan bendera bani-bani atau tampuk kekuasaan yang hanya memenuhi kepentingan golongan tertentu. Dengan modal yang sangat besar ini sesungguhnya umat Islam harus lebih terpecut untuk maju dan tidak hanya bermain dalam wilayah aman (comfort-zone) saja. Wallahu a'lam.

Sumber-sumber:
~ Muthahhari, Murtadha. 1984. Perspektif Al Qur’an Tentang Manusia Dan Agama. Mizan: Bandung
~ Al Malaky, Ekky. 2003. Remaja Doyan Filsafat, Why Not? Mizan: Bandung
~ Armando, Ade dkk. 2001. Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar. PT. Ichtiar Baru van Hoeve: Jakarta

Desember 20, 2009

Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah dalam kaitannya dengan sistem informasi dakwah, pada hakikatnya tidak memiliki perbedaan dengan unsur-unsr dakwah. Dalam Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Pendekatan Filosofis & Praktis karya Enjang AS, unsur-unsur dakwah dalam proses dakwah terdiri dari da'i (pelaku dakwah), maudu' (materi dakwah), uslub (metode dakwah), washilah (media dakwah), mad'u (objek dakwah) dan tujuan dakwah. Semua ini adalah unsur pokok dakwah yang berarti harus ada dan tidak bisa dipisahkan dalam proses dakwah sendiri, peran masing-masing unsur amat berkaitan dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Ada juga yang disebut sebagai iltizam, yaitu unsur dakwah yang melekat dalam proses dakwah, yakni konteks dakwah dan respon balik atau feedback. (Enjang, 2009: 73)
Semangat memberikan kemudahan bagi pelaku dan penerima pesan dakwah mungkin merupakan salah satu atau sebagian harapan dengan adanya sistem yang memungkinkan setiap orang dengan mudah dan leluasa mengakses materi dakwah. Lewat media apapun, dakwah seharusnya mampu dihadirkan dengan indah. Sistem informasi dalam kaitannya dengan unsur-unsur dakwah, bisa jadi merupakan media 'brangkas' bagi materi-materi dakwah yang masih bersifat hard copy, atau juga receiver keluhan, tanggapan, atau sharing mad'u pada lembaga dakwah (feedback).
Saya jadi teringat dengan keinginan Ust. Yusuf Mansur untuk membangun pusat dakwah Islam yang bersifat interaktif. Para operator berjejer siap menerima keluhan, permasalahan yang dihadapi atau sekedar meminta nasihat melalui layanan telepon, seperti yang sudah dilakukan oleh saudara-saudara Kristiani kita selama ini. Saya tidak tahu apakah Ust. Yusuf Mansur sudah membangun atau barangkali mencoba sejak sekarang atau belum. Yang jelas apa yang dilakukan merupakan usaha sinkronisasi unsur-unsur dakwah dengan terapan teknologi masa kini. Wallahu a'lam.

Desember 18, 2009

Software Pembangun Database

C + + Builder
Dari Wikipedia

C++ Builder adalah pengembangan aplikasi cepat (RAD) lingkungan, yang dikembangkan oleh Borland dan sebagai tahun 2009 dimiliki oleh CodeGear anak perusahaan Embarcadero Technologies, untuk menulis program-program di C + + programming language. C++ Builder mengkombinasikan Visual Component Library dan IDE ditulis dalam Delphi dengan C++ compiler. Siklus rilis Delphi adalah sedemikian rupa sehingga mendapat tambahan besar pertama, dengan C + + Builder berikut. [1] Sebagian besar dikembangkan dalam Delphi komponen dapat digunakan dalam C + + Builder tanpa modifikasi, meskipun kebalikannya tidak berlaku.
C++ Builder termasuk alat yang memungkinkan benar seret-dan-drop pengembangan visual, membuat pemrograman lebih mudah dengan memasukkan sebuah WYSIWYG GUI pembangun ke dalam IDE.
C++ Builder pada awalnya dikembangkan oleh Borland untuk Microsoft Windows sistem operasi saja. Versi sebelum digunakan 6,0 OWL sebagai kerangka aplikasi; kemudian dimasukkan Borland versi VCL dan CLX, cross-platform pengembangan perpustakaan komponen visual didasarkan pada Qt, yang mendukung Windows dan Linux.
Dirilis pada tahun 2003 Borland C + + BuilderX (CBX), yang ditulis dengan menggunakan kerangka kerja yang sama seperti JBuilder dan tidak mirip dengan kedua C + + Builder atau Delphi. Produk ini ditujukan untuk mengembangkan program untuk perusahaan besar, tapi tidak menjual dengan baik. Pada akhir tahun 2004 Borland mengumumkan bahwa mereka akan terus mengembangkan sebelumnya C + + Builder dan bungkusan dengan Delphi suite pembangunan, meninggalkan C + + BuilderX.
Sekitar setahun setelah pengumuman dirilis Borland Borland Developer Studio 2006 yang mencakup Borland C + + Builder 2006 yang menyediakan manajemen konfigurasi peningkatan dan perbaikan bug. Borland Developer Studio 2006 adalah satu paket berisi kuat Delphi, C + + Builder, dan C # Builder. Pada tahun 2006 Borland Developer Tools Group, pengembang dari C + + Builder, dipindahkan ke anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, CodeGear.
Dirilis pada tahun 2007 Borland C + + Builder 2007, menyediakan dukungan API penuh untuk Microsoft Vista, peningkatan ANSI C + + kesesuaian, hingga 500% lebih cepat dalam membangun IDE kinerja, dukungan untuk MSBuild, database DBX4 arsitektur, dan "VCL untuk Web" yang mendukung AJAX. API dukungan untuk Microsoft Vista termasuk aplikasi dan lancar bertema dukungan VCL dan Vista Aero Desktop. CodeGear RAD Studio 2007 mencakup C + + Builder 2007 dan Delphi. Juga pada tahun 2007 Borland menghidupkan kembali "Turbo" dan merilis dua merek "Turbo" edisi dari C + + Builder: Turbo C + + Profesional, dan Turbo C + + Explorer (tidak lagi tersedia dari CodeGear), didasarkan pada Borland C + + Builder 2006.
Pada tahun 2008 dibeli oleh CodeGear Embarcadero Technologies, yang meneruskan pembangunan. C++ Builder 2009 merupakan dirilis pada bulan Agustus 2008, dengan perbaikan yang paling menonjol yang penuh dukungan Unicode di seluruh VCL dan RTL, adopsi awal C + 0 x standar, penuh ITE (Integrated Translation Environment) dukungan, asli Ribbon komponen dan dimasukkannya dari Boost perpustakaan. Sebuah versi masa depan dari C + + Builder (CODEC Komodor) akan mendukung x86-64 dan x86-64 membuat kode asli.


Oracle 10g
Oracle 10g merupakan produk terbaru dari oracle setelah oracle 9i. Pada dasarnya oracle 10g menyediakan peranti lunak untuk grid computing dengan menyediakan Application Server 10g dan JDeveloper 10g Preview setelah meluncurkan aplikasi Database 10g di Indonesia awal bulan ini.
Application Server 10g adalah peranti lunak middleware sedangkan Database 10g merupakan aplikasi untuk mengelola pusat data. Keduanya dirancang untuk grid computing dan ditujukan bagi perusahaan yang menjalankane-business.

Berbeda dari kedua aplikasi tersebut, Oracle JDeveloper 10g -yang saat ini masih dalam versi Preview, ditargetkan untuk kalangan pengembang. Fungsinya antara lain untuk membangun web-services berbasis J2EE pada enterprise grid.

Oracle sudah mempublikasikan harga Application Server 10g antara US$5.000 - US$20.000 per prosesor tergantung pada edisi yang digunakan, yakni Java Edition, Standard Edition dan Enterprise Edition.

Oracle 10G diatas Linux catat rekor TPC-H

Oracle Database 10g berukuran 1 terabyte (TB) diatas sistem operasi Linux membukukan rekor baru kecepatan transaksi berdasarkan satuan ukuran Query-per-Hour Performance Metric (QphH).

Konfigurasi tersebut mencatatkan nilai 9.950.7 QphH@1000GB dan menunjukkan skalabilitas Oracle untuk pekerjaan data warehouse pada Linux menggunakan teknologi clustering. Sistem yang diukur adalah Lenovo Cluster Server DeepComp 6800 empat node, masing-masing dengan empat prosesor Intel Itanium 2 1.3 GHz, menjalankan Oracle? Database 10g dengan Real Application Clusters dan sistem operasi Linux.

Hasil pengukuran itu adalah kolaborasi antara Lenovo ?produsen peranti keras di Cina, Pusat Pengembangan Oracle di Beijing, dan Server Technologies Group dari Redwood Shore, California.

Kevin Walsh, kepala Oracle China development center sekaligus wakil presiden Internet Technologies, Oracle Corp, menjelaskan pengukuran itu merupakan yang pertama kali dilakukan menggunakan database berukuran 1 TB (1.000GB). "Oracle bekerja sama dengan mitra, seperti Lenovo, untuk menghasilkan performa yang maksimal, memungkinkan pelanggan mencapai target bisnis dan finansial mereka dengan lebih mudah,"katanya.

TPC-H adalah benchmark yang meliputi sebuah paket pertanyaan ad-hoc berorientasi bisnis dan modifikasi data serentak (business oriented ad-hoc queries and concurrent data modifications). Metrik performanya disebut TPC-H Composite Query-per-Hour Performance Metric (QphH@Size) dan menggambarkan aspek berganda dari kemampuan sistem untuk memproses pertanyaan.

JDeveloper 10g, Kembangkan Java di Grid

Produsen database terkemuka, semakin serius menuju Grid Computing. Ini didukung dengan adanya piranti pengembang Java, JDeveloper 10g.

Piranti itu bernama lengkap Application Development Framework (ADF) Oracle JDeveloper 10g. Tujuannya untuk membantu pengembangan aplikasi Java pada lingkungan grid.
Berdasarkan definisi realitygrid.com, komputansi Grid (Grid Computing) adalah sebuah upaya menghadirkan lingkungan komputer yang memungkinkan pengguna untuk mengakses komputer tanpa perlu mempermasalahkan dimana lokasi (fisik) file atau sumberdaya yang digunakannya.

Impian grid itu yang hendak diwujudkan oleh Oracle melalui sistem database yang baru saja diluncurkannya, Oracle 10g. Kini, dengan adanya ADF JDeveloper 10g, Oracle mengharapkan bisa lebih banyak menarik minat pengembangan aplikasi di lingkungan grid.
Upaya itu disambut baik firma analisis Gartner. Mark Driver, Wakil Presiden Gartner, menyebut grid computing sebagai hal yang penting bagi sebuah perusahaan.


Visual Basic 6.0
Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah- perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa pemrograman Visual Basic, yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu bahasa pemrograman BASIC (Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic merupakan salah satu Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi Windows. Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemrograman komputer yang mendukung object (Object Oriented Programming = OOP).
Pengenalan Visual Basic 6.0
Microsoft Visual Basic adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat aplikasi Windows yang berbasis GUI ( Graphical User Interface ). Visual Basic merupakan event-driven programming yang berasal dari BASIC, artinya program menunggu sampai adanya respon dari user berupa event/kejadian tertentu ( tombol diklik, menu dipilih, dll ). Ketika event terdeteksi, event yang berhubungan akan melakukan aksi sesuai dengan kode yang diberikan.
Sejarah singkat Visual Basic:
diperkenalkan pertama kali tahun 1991 yaitu program Visual Basic
untuk DOS dan untuk Windows.
Visual Basic 3.0 dirilis tahun 1993
Visual Basic 4.0 dirilis pada akhir 1995 ( tambahan dukungan
untuk aplikasi 32 bit )
Visual Basic 6.0 dirilis pada akhir 1998
Microsoft umumnya membuat tiga edisi Visual Basic yaitu:
- Standard Edition : merupakan produk dasar
- Professional Edition : berisi tambahan Microsoft Jet ata
Access Engine ( database ) dan pembuatan server OLE
automation
- Enterprise Edition : adalah edisi client server.
Definisi Visual Basic
Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB saja) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat event driven dan menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program aplikasi berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman Common Object Model (COM). Visual Basic merupakan turunan bahasa BASIC dan menawarkan pengembangan aplikasi komputer berbasis grafik dengan cepat, akses ke basis data menggunakan Data Access Objects (DAO), Remote Data Objects (RDO), atau ActiveX Data Object (ADO), serta menawarkan pembuatan kontrol ActiveX dan objek ActiveX. Beberapa bahasa skrip seperti Visual Basic for Applications (VBA) dan Visual Basic Scripting Edition (VBScript), mirip seperti halnya Visual Basic, tetapi cara kerjanya yang berbeda.
Para programmer dapat membangun aplikasi dengan menggunakan komponen-komponen yang disediakan oleh Microsoft Visual Basic Program-program yang ditulis dengan Visual Basic juga dapat menggunakan Windows API, tapi membutuhkan deklarasi fungsi eksternal tambahan.
Dalam pemrograman untuk bisnis, Visual Basic memiliki pangsa pasar yang sangat luas. Dalam sebuah survey yang dilakukan pada tahun 2005, 62% pengembang perangkat lunak dilaporkan menggunakan berbagai bentuk Visual Basic, yang diikuti oleh C++, JavaScript, C#, dan Java.

Konsep & Informasi

Data & Informasi
Data adalah fakta mengenai objek, orang dan lain-lain. Data dinyatakan dengan nilai (angka, deretan karakter, atau simbol).Informasi adalah hasil analisis dan sintesis terhadap data. Dengan kata lain informasi dapat dikatakan sebagai data yang telah diorganisasikan ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seseorang, entah itu manajer, staff, ataupun orang lain di dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Simon (1960) memperkenalkan empat aktivitas dalam proses pengambilan keputusan :
Intelligence : Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan permasalahan.
Design : Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah.
Choice : Tahap memilih dari solusi dari alternatif2 yg disediakan.
Implementation : Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.

Tentang Sistem

Ciri-ciri & pendekatan sistem:

1. Adanya tujuan

Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentu­kan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan kompo­nen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem meng­arah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem ialah pusat orientasi dalam suatu sistem.

2. Adanya komponen sistem

Jika suatu sistem itu ialah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) ialah komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terj adi di dalamnya ialah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen sistem.

3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika

Tubuh badan kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhan­nya (semua fungsi komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan kehidupan kita sebagai manusia ber­jalan secara sihat dan semestinya.

Pengajaran di sekolah merupakan suatu sis­tem, maka setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara bersepadu agar proses pengajaran berlangsung secara efektif dan cfisien.

Misalnya: fungsi komponen yang berstatus guru ialah pem­bimbing belajar pelajar (pendorong motivasi belajar pelajar, peng­arah, pengatur (organisator) situasi belajar pelajar, sebagai nara sumber (fasilitator), bertindak sebagai penyebar kebijakan, penilai hasil belajar pelajar, dsb.); jika guru cakap menjalankan fungsinya maka akan sangat membantu kelancaran serta keberhasilan belajar pelajar, dan sebaliknya.

4. Adanya interaksi antar komponen

Antar sub-sistem atau komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan.

Sebagai contoh: seseorang itu barulah menjadi nyata sebagai pensyarah atau guru jika ada pelajar yang bersedia untuk dididiknya; pelajar yang responsif, kri­tis, dan koordinatif banyak membantu guru dalam mengem­bangkan kariernya.

Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik:

Setiap sub-sistem atau komponen mempunyai fungsi dan merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan fungsi sistem. Dalam sistem pengajaran yang berinti pada interaksi personal, peran dari komponen-komponen (selain guru dan pelajar) ialah untuk meningkatkan nilai inter­aksi personal tersebut demi keberhasilan belajar pelajar. Transfor­masi yang terjadi dalam interaksi guru-pelajar secara lebih teknis merupakan transaksi pesan-pesan (pemahaman -> penginte­grasian -> pengembangan diri).

Klasifikasi Sistem
1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
Sistem Abstrak: Sistem yang berisi gagasan atau konsep (Contoh: Sistem Teologi -> hubungan Manusia, Alam dan Allah)
Sistem Fisik: Sistem yang secara fisik dapat dilihat (Contoh: Sistem Komputer, Sistem Transportasi, Sistem Perguruan Tinggi)
2. Sistem Deterministik dan Probabilistik
Sistem Deterministik: Sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat (Contoh: Sistem Komputer)
Sistem Probabilistik: Sistem yang tidak dapat diprediksi dengan pasti karena mengandung unsur probabilitas (Contohnya: Sistem Evapotranspirasi, Sistem Serapan Hara, Sistem Fotosintesis)
Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem Tertutup: Sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan (Contohnya: Sistem Reaksi Kimia dalam Tabung Reaksi yang terisolasi)
Sistem Terbuka: Sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan (Contohnya: Sistem Tanah)

Tentang Sistem

Sistem
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.


Elemen dalam sistem

Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen:

* Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.
* Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.
* Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya.
* Lingkungan, tempat di mana sistem berada.

Jenis sistem

Ada berbagai tipe sistem berdasarkan kategori:

* Atas dasar keterbukaan:
o sistem terbuka, dimana pihak luar dapat mempengaruhinya.
o sistem tertutup.

* Atas dasar komponen:
o Sistem fisik, dengan komponen materi dan energi.
o Sistem non-fisik atau konsep, berisikan ide-ide.